Melihat beberapa postingan teman-teman peserta #30DaysBlogging (aiiih....peserta) di Twitter ataupun Facebook yang mengeluh tentang hutang dan hutang tulisan memang terlihat agak menyedihkan karena ternyata menurut saya yang tetap berkomitmen untuk menulis 1 hari 1 tulisan itu hanya @Jiebman. (Cieeee...Haha) Bukan meledek atau mem'bully' tapi itu kenyataannya kan? Ya, walaupun terlihat menyedihkan terlepas dari apakah memang benar-benar sibuk sampai tidak sempat untuk menulis atau malas, namun kata hutang itu sendiri malah bisa menjadi penyemangat kita untuk tetap menulis dan melengkapi 30 tulisan dalam waktu 30 hari.
Saya pun sempat menuliskan beberapa kata atau makna mengenai menulis itu sendiri. Ternyata menulis itu tidak semudah yang kita bayangkan, bukan rutinitas seperti makan, mandi, atau pergi ke kampus. Menulis itu butuh waktu ternyata, butuh pemikiran yang lebih bahkan hampir menguras tenaga.
Melihat hal ini seharusnya kita berpikiran seperti ini, berkomitmen untuk 1 hari menulis itu ternyata menyulitkan apalagi tidak berkomitmen sama sekali. Bayangkan, kalau tanpa 30 hari blogging ini mungkin si Mariya tidak akan pernah membuka blognya yang sempat dibuatnya tanpa alasan. Atau mungkin si @__uki masih saja sibuk dengan Tumblernya dan memikirkan bagaimana cara memenuhi Timeline Twitternya. (Hahaha...kidding!)
Setidaknya saya berterimakasih kepada si pencetus ide ini, (walaupun saya paham apa alasan dia membuat ide ini) yang telah menyeret saya dalam idenya ini. Pada awalnya, saya malah tidak ingin ikut serta dalam pelaksanaan ide ini, terbukti saya baru memposting di hari ke-4. Namun, ketika melihat kegigihan dan semangat teman-teman dan juga dengan beberapa mention di Twitter membuat saya dapat melirikkan mata dan ikut mencoba. Dan ternyata asyik, lebih asyik lagi ketika mem'bully' beberapa orang yang belum kelar dan melihat banyaknya tulisan di blog saya. Yaiy!
Walaupun memang blog dan tulisan saya tidak sempurna dan juga banyak 'nyolong'nya (dari tulisan yang dulu) tapi setidaknya saya bisa merasakan rasa yang dulu lagi, pusing ketika menulis, tidak tahu apa yang mesti ditulis, bicara sendiri, bertanya dan menjawab sendiri, dan dikejar-kejar waktu.
30 hari blogging bukan hanya sebatas seperti berpuasa tetapi juga seperti berlomba. Berlomba dengan kemalasan dan waktu yang menjepit. 30 hari blogging itu belajar, belajar berkomitmen atau menepati janji dan belajar untuk bersuara serta membuka pikiran. Saya yakin banyak manfaat yang kita rasakan dari 30 hari blogging ini.
Terimakasih Dessy, Ika, Mujib, Lina, Oza, Farah, dan Uki karena telah membuat saya belajar dan berkompetitif.
Kapan kapan main lagi yuk?
Saya pun sempat menuliskan beberapa kata atau makna mengenai menulis itu sendiri. Ternyata menulis itu tidak semudah yang kita bayangkan, bukan rutinitas seperti makan, mandi, atau pergi ke kampus. Menulis itu butuh waktu ternyata, butuh pemikiran yang lebih bahkan hampir menguras tenaga.
Melihat hal ini seharusnya kita berpikiran seperti ini, berkomitmen untuk 1 hari menulis itu ternyata menyulitkan apalagi tidak berkomitmen sama sekali. Bayangkan, kalau tanpa 30 hari blogging ini mungkin si Mariya tidak akan pernah membuka blognya yang sempat dibuatnya tanpa alasan. Atau mungkin si @__uki masih saja sibuk dengan Tumblernya dan memikirkan bagaimana cara memenuhi Timeline Twitternya. (Hahaha...kidding!)
Setidaknya saya berterimakasih kepada si pencetus ide ini, (walaupun saya paham apa alasan dia membuat ide ini) yang telah menyeret saya dalam idenya ini. Pada awalnya, saya malah tidak ingin ikut serta dalam pelaksanaan ide ini, terbukti saya baru memposting di hari ke-4. Namun, ketika melihat kegigihan dan semangat teman-teman dan juga dengan beberapa mention di Twitter membuat saya dapat melirikkan mata dan ikut mencoba. Dan ternyata asyik, lebih asyik lagi ketika mem'bully' beberapa orang yang belum kelar dan melihat banyaknya tulisan di blog saya. Yaiy!
Walaupun memang blog dan tulisan saya tidak sempurna dan juga banyak 'nyolong'nya (dari tulisan yang dulu) tapi setidaknya saya bisa merasakan rasa yang dulu lagi, pusing ketika menulis, tidak tahu apa yang mesti ditulis, bicara sendiri, bertanya dan menjawab sendiri, dan dikejar-kejar waktu.
30 hari blogging bukan hanya sebatas seperti berpuasa tetapi juga seperti berlomba. Berlomba dengan kemalasan dan waktu yang menjepit. 30 hari blogging itu belajar, belajar berkomitmen atau menepati janji dan belajar untuk bersuara serta membuka pikiran. Saya yakin banyak manfaat yang kita rasakan dari 30 hari blogging ini.
Terimakasih Dessy, Ika, Mujib, Lina, Oza, Farah, dan Uki karena telah membuat saya belajar dan berkompetitif.
Kapan kapan main lagi yuk?