Sunday, May 27, 2012

#Day19 Tulisan Perempuan 2


 *Sambungan Posting sebelumnya
 
Lebih jelasnya lagi, dan kalau boleh saya memparafrasekan essaynya Susan Gubar dan Sandra M. Gilbert yang berjudul A Madwoman in The Attic, terdapat asumsi bahwa tulisan itu bergender laki-laki atau terkenal dengan istilah ‘Pena itu adalah penis metaforis’. Akibat asumsi ini, setiap tulisan akhirnya dianggap sebagai hasil dari pengalaman dan kekhasan laki-laki serta berkenaan dengan seksualitas dan karakter laki-laki. Metafora inilah yang akhirnya menimbulkan kegelisahan dalam diri perempuan karena penis envy yang dimiliki oleh perempuan mempertanyakan bagaimana seorang perempuan dapat menulis.

Metafora ini jugalah yang akhirnya mengkaji dan mendefinisikan bahwa teks itu bersifat laki-laki. Lanjut Gubar dan Gilbert juga mengatakan bahwa sebuah tulisan itu adalah kelanjutan dari tulisan lain, dan akan dilanjutkan dengan tulisan baru. Mereka juga menyebut ini dengan istilah ‘relation of sonship’, karena tulisan adalah anak dari bapak, dan akan menjadi bapak bagi tulisan yang lain. (Bapak disini diartikan Tuhan)

Argumen ini juga yang akhirnya mendefinisikan bahwa tulisan itu bergender laki-laki. Ketidakbisaan perempuan untuk menjadi bapak menimbulkan pertanyaan kembali tentang kemampuan perempuan dalam menggambarkan atau menuangkan teks itu sendiri atau dengan kata lain ketidakbisaan itu menyebabkan tidak ada tempat bagi perempuan untuk menulis. 

Terlepas dari pendapat Gubar dan Gilbert, ketiadaan tempat untuk seorang perempuan menulis juga didasari oleh dominasi gender laki-laki. Dominasi yang akhirnya menciptakan asumsi-asumsi mengenai perempuan dan bagaimana menjadi perempuan. Asumsi yang sudah melekat kuat bahkan dari nenek hingga ibu, ya, karena ternyata asumsi-asumsi yang berkembang itu sendiri dikekalkan oleh perempuan itu sendiri. 

Asumsi-asumsi itu yang tercipta menjadi sebuah pengalaman itu tertuang dalam tulisan-tulisan mereka. Itulah mengapa tulisan-tulisan perempuan hanya berkisar pada pengalaman mereka dan terkesan cengeng. Sebutlah, Austen yang seluruh tema novelnya bertemakan pernikahan. Ataupun Jane Eyrenya Charlotte yang menceritakan tentang menjadi seorang istri dan menjadi wanita kedua.

 
Work cited: 
Sandra M Gilbert and Susan Gubar. Madwoman in The Attic. Columbia, USA: University of Missouri Press, 2009.

*Masih ada sambungannya

 
 
           

No comments: