I speak of a decipherable libidinal femininity which can be read in a writing produced by a male or a female.
_Writing The Feminine, Helene Cixous_
Ada sebuah
asumsi yang dari dulu atau mungkin mengakar sampai sekarang bahwa tulisan
perempuan hanyalah tulisan-tulisan yang cengeng, tulisan ringan berisikan
curahan hati, ataupun hanya sebuah tulisan mengenai pengalaman-pengalaman mereka
sebagai seorang perempuan. Saya tidak menyalahkan asumsi tersebut. Katakanlah
memang itu genre tulisan perempuan.
Dari Mrs. Dallowaynya Woolf sampai Saman dan Larungnya Ayu Utami tulisan
perempuan memang terbaca dan terpahami seperti itu.
Namun, bagi saya
apa yang terbaca dan terpahami itu adalah bentuk dari suara mereka, suara yang
terdominasikan dalam dunia laki-laki. Kalau @nalynahalaw bisa berujar dalam
blognya “bicaralah maka semua akan terbaca’ tapi tidak untuk seorang Mary Ann
Evans. Dia harus mengubah namanya menjadi George Eliot agar suaranya dapat dia
tuangkan dalam sebuah tulisan dan terbaca. Ataupun Bronte bersaudara yang harus
diam-diam menulis diary di sebuah kamar rahasia.
Pemahaman yang
berkembang di masyarakat memang tidak terlepas dari asumsi dan stigma yang
terlanjur tercipta atau diciptakan. Susahnya Eliot atau Bronte untuk menulis
terhalang oleh asumsi bahwa teks atau tulisan itu bersifat laki-laki. Sederhananya
adalah bahwa teks itu sendiri memang diciptakan, dan penciptanya adalah laki-laki.
Dulu, masyarakat
mengenal teks itu dari ayat-ayat suci, dari wahyu yang diturunkan yang akhirnya
menjadi sebuah kitab untuk dibaca dan dipahami. Teks-teks dalam kitab suci itu
kemudian akhirnya direpresentasikan dari si penyampainya atau pemimpinnya. Dan
penyampainya itu adalah laki-laki. Ada nabi Muhammad dalam ajaran Islam, Yesus
dalam ajaran Katolik, Luther sebagai pencetus ajaran Protestant, dan Dalai Lama
dalam Buddha. (Tanpa ada maksud untuk mendeskreditkan
agama) Itulah mengapa teks dapat digenderkan atau bersifat laki-laki.
*Ada sambungannya
3 comments:
Miss, itu emang kenapa si Bronte Brothers mesti nulis diem2 di kamarnya? Aku pikir awalnya karena mereka laki2, makanya malu nulis diary. Eh aku browsing, itu mereka perempuan #apasihgueh --'' iya gitu miss pertanyaan aku...
:D :D :D ada nama akuuuuuuuuuh :D akakakakak
eh kok Bronte Brothers. Bronte Bersaudara maksudnyah
Bronte sisters bukan brothers.
Hmmm, diem2 karena mereka nggak ikut MK Writing kaya kamu.
Hahaha....
Waktu itu nulis masih nggak boleh buat perempuan.
Post a Comment