Malam ini
terasa sepi. Tak ada dering sms atau telepon seperti dua malam sebelumnya. Malam-malam
saya memang hampir seperti ini. Sendiri mendiami setiap ujung kamar yang besar
ini. Berteman dengan asap dan panasnya kipas laptop, bertemu dengan setiap
kenangan dan merenda harapan esok hari. Kenangan itu memang berteman malam,
kawan. Tak seperti harapan yang lebih suka bercumbu dengan pagi.
Kenangan itu
memang senang mendekam dalam diamnya saya, dalam sepinya dunia saya, dan dalam
gelapnya kamar saya. Kenangan-kenangan itu seolah berebutan ingin keluar dan
berhamburan pecah bersama debu kamar saya yang datang silih berganti terbawa angin
malam ini.
Kenangan-kenangan
itu seperti mencari arah ke setiap rongga otak saya untuk sekedar diingat,
tidak dilupakan. Kenangan itu tidak seperti bintang yang bisa mati setelah helium
habis terbakar atau ledakan Supernova yang menghanguskan selubungnya. Kenangan itu
tak takut akan pekatnya malam. Kenangan memang tak akan mati sekalipun saya
mati karena itu akan hidup dan berkembang dalam ruang ingatan kerabat, dan
sahabat yang mencintai saya.
Kenangan lah yang membawa saya tetap hidup, dan berdiri
dalam dunia saya yang sepi, kenangan akan dia yang terkasih. Itu mengapa saya
suka malam. Ya, saya lah si penyuka malam, malam yang sunyi, tenang, dan gelap.
Saya tak
takut kalaupun kegelapan malam melenakan dan membutakan saya. Itu mengapa malam
sama seperti cinta. Dia melenakan dan membutakan. Ah! Cinta! Lagi-lagi itu
menjadi pangkal tulisan saya. Sukanya saya pada malam seperti rindu akan cinta.
Cinta yang berkali-kali menghancurkan raga ini seperti malam-malam yang telah
dan akan saya lalui yang perlahan pun akan menghancurkan raga ini. Tapi saya
tak menyesal.
Saya tak menyesal mengenal cinta, tak menyesal menyukai malam. Sekalipun
malam itu gelap, tak sekalipun saya tak tenang. Sekalipun cinta membutakan mata
saya, membuat saya tidak bisa mendengar apa-apa, menghilangkan jernihnya
pikiran saya tak sekalipun saya terganggu.
Seperti cinta
saya padanya. Cinta yang tak perlu kacamata pembesar untuk melihat lebih jelas.
Cinta yang membuat saya tak perlu meraba sekalipun saya buta. Cinta yang
membuat saya tidak memikirkan hari esok. Cinta yang terkadang terhalang oleh
suara-suara pengganggu, suara-suara nasihat lembut nan suci, namun tetap membuat
saya enggan beranjak dan menjauh darinya. Cinta yang sekalipun berhenti saya
utarakan, namun tetap bermain indah dalam sanubari. Cinta yang tak memberi
ruang secuil pun untuk sebuah logika. Cinta yang membuat saya tak berdaya. Cinta
yang sempat memabukkan kami, dan berharap kami dapat tinggal di dunia yang
sama.
Ya, cinta
itu…cinta yang datang bersama kenangan ketika malam dan hilang bersama
bisingnya pagi.
080512
Mels….
No comments:
Post a Comment