Monday, May 7, 2012

#Day6 Belum Jadi Sayang....




Seorang teman saya – seorang laki-laki yang selalu bicara seenaknya, bergaya apa adanya, dan bertindak semaunya – pernah berpendapat kalau “menulis itu menyakitkan”, dan dalam hati sebenarnya saya mengiyakan pendapat tersebut. Bagi teman saya itu, menulis merupakan hal yang rumit, bahkan untuk sebuah artikel ringan. Namun, ada juga teman saya yang lain, perempuan pendiam yang berkata, dan bertindak seperlunya, berpendapat kalau “menulis itu adalah obat”, dan saya pun tidak masalah dengan pendapat tersebut. Baginya, mungkin segala sakit dan derita dapat dia sembuhkan dengan menulis. Seperti bertolak belakang bukan?
Namun, dua pendapat itu malah meyakinkan saya kalau menulis berhubungan dekat dengan jiwa dan kejiwaan seseorang. Kalau, Freud pernah berkata bahwa manusia itu seperti gunung es dimana semua desire mereka terhempaskan dalam sampai membuat gunung besar yang berada dibawah permukaan air, mungkin ini berhubungan dengan teman saya yang menganggap kalau tulisan itu adalah sebuah obat. Baginya, tulisan dia merupakan hempasan dari desire yang tertahan itu. Baginya, tulisan dia adalah gunung besar itu yang ia simpan dalam. Baginya, menulis merupakan sebuah pelarian dimana dia bisa berkata apapun, menjadi siapapun yang dia mau, dan bertindak sesuka hati. Hmm, pantas hobi teman saya itu menulis diary karena dalam diarynya lah dia bisa menemukan pemenuhan lain dan merasa lengkap. Kebiasaannya menulis diary malah menjadi keuntungan untuknya karena menulis mempermudahkan dirinya untuk terus berkarya dalam dunia fiksi. Sampai akhirnya, salah satu karyanya dapat diterbitkan. Hal ini serupa dengan teman saya yang lain yang juga hobi menulis. Dalam tulisan fiksi-fiksinya, saya bisa mendapatkan seseorang yang lain disana, seseorang yang bahkan bukan dirinya. Ya, selama saya tidak salah mengenal dirinya. Atau sebenarnya itu adalah dirinya? Dirinya yang terhempas jauh dan dalam. Inilah alasan mengapa saya menganggap bahwa tulisan bisa menjadi alter ego.    

2 comments:

Nemo said...

For me too, Writing is a cure for a curse mind :)



Gue setuju banget sama Freud dalam hal ini, permukaan gunung es memang tak sebesar yg tersembunyi di bawah permukaannya lol.

Eh ini belum beres kan ya tulisannya :D

Unknown said...

Belum ke intinya, menurut gue.